
BANJARMASIN, RABU - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam-asam, Tanahlaut, Kalsel saat ini menghasilkan limbah debu sebanyak 101.000 ton dari hasil pembakaran batu bara setiap hari mencapai 2.000 ton.
Batu bara itu merupakan bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut. Limbah ini sampai saat ini belum bisa ditangani secara baik untuk memanfaatkan atau memusnahkannya.
Hal ini dikemukakan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kalsel Rahmadi Kurdi di Banjarmasin, Rabu (6/2). “Limbah debu hasil pembakaran batu bara yang digunakan untuk PLTU ini kalau terus dibiarkan akan semakin besar. Sebab setiap hari ada enam hingga sepuluh ton limbah debu yang dihasikan PLTU Asam-asam,” katanya.
Menurut Rakhmadi, untuk mengatasi keadaan tersebut ada beberapa alternatif pemanfaatannya. Sebelumnya ditawarkan debu tersebut untuk menjadi bahan baku pencampur pembuatan semen dan pembuatan bata cetak (batako). Namun, kedua alternatif tawaran itu juga dinilai tidak bisa memanfaatkan secara maksimal limbah debu tersebut.
Alternatif ketiga, katanya, yakni digunakan untuk kegiatan reklamasi untuk menutup lubang-lubang tambang batu bara. Pilihan terakhir ini dipilih karena sesuai hasil penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), debu tersebut tidak membahayakan karena tidak mengandung toksit.
"Untuk kegiatan reklamasi dengan menggunakan debu ini akan kita pantau langsung,” katanya.
Sedangkan lokasinya, kata Rahmadi, pada lubang-lubang bekas penambangan batu bara di areal pertambangan PT Jorong Barutam Greston yang ada di Asam-asam, Kabupaten Tanahlaut. (FUL)
Batu bara itu merupakan bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut. Limbah ini sampai saat ini belum bisa ditangani secara baik untuk memanfaatkan atau memusnahkannya.
Hal ini dikemukakan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kalsel Rahmadi Kurdi di Banjarmasin, Rabu (6/2). “Limbah debu hasil pembakaran batu bara yang digunakan untuk PLTU ini kalau terus dibiarkan akan semakin besar. Sebab setiap hari ada enam hingga sepuluh ton limbah debu yang dihasikan PLTU Asam-asam,” katanya.
Menurut Rakhmadi, untuk mengatasi keadaan tersebut ada beberapa alternatif pemanfaatannya. Sebelumnya ditawarkan debu tersebut untuk menjadi bahan baku pencampur pembuatan semen dan pembuatan bata cetak (batako). Namun, kedua alternatif tawaran itu juga dinilai tidak bisa memanfaatkan secara maksimal limbah debu tersebut.
Alternatif ketiga, katanya, yakni digunakan untuk kegiatan reklamasi untuk menutup lubang-lubang tambang batu bara. Pilihan terakhir ini dipilih karena sesuai hasil penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), debu tersebut tidak membahayakan karena tidak mengandung toksit.
"Untuk kegiatan reklamasi dengan menggunakan debu ini akan kita pantau langsung,” katanya.
Sedangkan lokasinya, kata Rahmadi, pada lubang-lubang bekas penambangan batu bara di areal pertambangan PT Jorong Barutam Greston yang ada di Asam-asam, Kabupaten Tanahlaut. (FUL)